Bid’ah Menabuh Beduk dan Puji-pujian Sebelum Shalat

Apa yang tidak diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan tidak pula diketahui dikerjakan oleh para shahabat radhiyallahu ‘anhum maka hendaklah kita berhenti. Janganlah kita mengamalkan apa-apa yang tidak ada dalilnya dari mereka agar tidak terjerumus kepada perbuatan bid’ah yang telah dilarang oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Pembaca yang budiman, berikut adalah amalan-amalan yang mengiringi pelaksanaan shalat lima waktu yang sering dijumpai di masjid-masjid kaum muslimin yang tidak dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:

Menabuh Bedug Sebelum Adzan

Termasuk amalan jelek yang membudaya di negeri kita adalah menabuh bedug sebelum adzan. Apakah belum sampai kepada mereka hadits Abdullah bin Zaid yang melihat dalam tidurmya seseorang yang membawa genderang/lonceng lalu berkata:

“Ya Abdullah (ya fulan) apakah kau jual loncengmu? Dia jawab untuk apa lonceng itu, saya katakan untuk mengajak shalat, dia bilang apakah tidak aku tunjukkan padamu yang lebih bagus dari lonceng itu, saya bilang iya, dia bilang ucapkan: Allahu Akbar Allahu Akbar.” (HR. Abu Dawud 421, Tirmidzi 174, dll)

Belum cukupkah kaum muslimin dengan ajaran Allah dan Nabi-Nya padahal Allah telah menyempurnakan agama ini? Ini adalah perbuatan tasyabbuh (meniru-niru) dengan orang-orang Nashara tatkala mengumpulkan orang-orang mereka membunyikan lonceng dulu. Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang kita mengikuti orang-orang Yahudi dan Nashrani atau menjadikan mereka sebagai pemimpin-pemimpin kita, sebagaimana firman Allah:

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang yahudi dan nashrani sebagai pemimpin/orang yang dicintai, sebagian mereka adalah wali/pemimpin bagi sebagian yang lain. Barangsiapa di antara kalian menjadikan mereka sebagai pemimpin/orang yang dicintai maka sungguh orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang dzalim.” (Al Maidah: 51)

Menabuh bedug termasuk mengikuti ajaran mereka. Sunggug benar keadaan kaum muslimin yang digambarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:

“Sungguh kalian akan mengikuti orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, sampai pun ketika mereka masuk lubang biawa kalian akan mengikutinya. Para shahabat mengatakan: Yahudi dan Nashara ya Rasulullah? Beliau menjawab: lalu siapa lagi (kalau bukan mereka)?” (HR. Muslim 4822 dari Ibnu Mas’ud)

Kesimpulan hadits:

1. Bahwa kaum muslimin akan mengikuti jejak orang-orang kafir baik yahudi maupun nashrani.

2. Lubang biawak sangat berliku-liku. Sangat sulit untuk mencarinya. Ini adalah suatu ibarat bahwa bagaimanapun sulit dan berliku jalan yang ditempuh oleh kaum yahudi dan nashrani, kaum muslimin akan mengikutinya.

Kaum muslimin tidak boleh mengikuti perilaku, tatacara, tutur kata atau ibadah lainnya seperti puasa, shalat dsb [1]. Bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selalu berusaha menyelisihi orang-orang kafir, baik kaum musyrikan maupun ahlu kitab. Wallahul musta’an.

Membunyikan Sirene Sebelum Adzan [2]

Begitu jauhnya kaum muslimin dari syariat Islam, sehingga suara adzan tidak bisa mereka dengar. Kokok ayam di samping rumah pun tidak bisa menggugah mereka untuk segera bangkit menegakkan shalat. Akhirnya mereka membunyikan sirine yang diharapkan bisa terdengar dan bisa membangunkan orang di segenap penjuru kampung. Ketahuilah, sirine termasuk bid’ah dalam agama. Adapun ayam jago, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Janganlah kalian mencerca ayam jantan sebab sesungguhnya ia mengajak shalat.” (HR. Ahmad, 20690 dari Zaid bin Khalid Al Juhani)

Oleh sebab itu daripada menggunakan sirine lebih baik memelihara ayam jago yang banyak sehingga seorang lebih mudah terbangun dengan suaranya yang bersahutan.

Puji-pujian Sebelum Iqamat

Ini yang paling banyak melanda kaum muslimin di Indonesia. Mereka sangat gemar melakukan puji-pujian sebelum shalat jama’ah dengan keyakinan bahwa amalan ini merupakan bentuk taqarrub (pendekatan diri) kepada Allah. Lafadz yang sering dilantunkan di antaranya:

1. Allahumma shalli shalaatan kamilatan wa sallim salaman… [3]

2. Tombo ati iku lima ing wernane, siji maca Qur’an ngerti ing maknane, kapindhone shalat wengi lakonono, kaping telu… (dengan bahasa Jawa)

3. Atau lafadz puji-pujian yang kontroversial yang muncul ketika Gus Dur jadi presiden, “Presidene Gus Dur, rakyate adil makmur.”

Berikut ini dampak negatif yang timbul dari puji-pujian:

1. Orang yang melakukan shalat sunnah sangat terganggu dengan suara-suara itu sehingga shalatnya tidak khusyu’.

2. Pelakunya hanya akan senda gurau dengan amalan ini, sesuai dengan namanya ‘puji-pujian’ (menunjukkan ketidaksungguhan dalam memuji Allah). Padahal waktu antara adzan dan iqamah adalah waktu yang sangat mustajab. Sebagaimana sabdi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:

“Doa yang tidak akan ditolak: antara adzan dan iqamah.” (HR. Ahmad dari Anas bin Malik)

3. Hal ini persis dengan amalan Nashrani berupa lagu-lagu gereja yang dinyanyikan sebagai ibadah (menurut mereka) padahal syariat Islam melarang kaum muslimin untuk bertasyabbuh (meniru) perbuatan orang-orang kuffar.

Membunyikan Kaset Bacaan Qur’an Sebelum Adzan

Amalan ini sudah menjadi adat yang dihidupkan hampir di setiap daerah. Konon tujuan mereka adalah sebagai pertanda bagwa waktu shalat sudah dekat. Sehingga diharapkan dengan ini kaum muslimin melakukan segala persiapannya untuk menegakkan shalat berjama’ah. Amalan ini adalah amalan bid’ah yang tidak pernah diajarkan oleh Nabi. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Barangsiapa yang beramal dengan sesuatu yang tidak pernah kami ajarkan maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim)

Di antara dampak negatif yang timbul dari amalan ini adalah menghalangi seseorang yang shalat sunnah di saat tersebut untuk khusyu’ dalam shalatnya. Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah melarang kita untuk saling mengangkat suara di dalam masjid (baik dengan bacaan Qur’an, dzikir, lebih-lebih senda gurau atau amalan-amalan bid’ag yang tidak disyari’atkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau bersabda:

“Janganlah kalian mengeraskan suara satu dengan yang lainnya karena masing-masing sedang bermunajat dengan Rabb-nya.” (HR. Ashhabus Sunan dari Abu Sa’id Al Khudry)

Demikianlah sebagian dari amalan-amalan bid’an yang sering dilakukan masyarakat karena jauhnya mereka dari ilmu yang haq. Semoga Allah menambah petunjuk bagi kita serta melindungi kaum muslimin dari amalan-amalan bid’ah yang tidak pernah dituntunkan oleh Nabi kita, Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Wallahu a’lam bish-shawab.

[Diambil dari buku “Adzan Keutamaan, Ketentuan dan 100 Kesalahannya” karya Al Ustadz Abu Hazim Muhsin bin Muhammad Bashori, penerbit: Daarul Atsar, hal. 110-120, dengan sedikit perubahan]

____________________
[1] Di antara ajaran beliau yang menunjukkan penyelisihan dari adat/budaya orang yahudi/nashrani adalah:

1. Memerintahkan untuk memelihara jenggot.

2. Memerintagkan untuk menyemir rambut apabila rambutnya sudah putih dan melarang pakai semir hitam.

3. Memerintahkan umatnya untuk shalat pakai sandal.

4. Melarat umatnya dalam mengiring jenazah dengan api unggun, dsb.

[2] Termasuk juga penggunaan sirene sebagai tanda berbuka di bulan puasa. Ini adalah bid’ah, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengajarkan bahwa tanda berbuka puasa yaitu dengan tenggelamnya bulatan matahari di ufuk barat.

[3] Ini dinamakan shalawat nariyah. Shalawat ini mengandung kesyirikan yang nyata.

About Fadhl Ihsan

Silakan temukan saya di http://facebook.com/fadhl.ihsan

Posted on 06/04/2010, in Uncategorized and tagged , , . Bookmark the permalink. 134 Komentar.

  1. Klu memang Beduk dan pujian bid’ah, para ulama penyebar islam di jawa dahulu, bid’ah semua dong, mereka kan menggunakan sarana2 itu.

  2. Masjid masjid dekatku yang puji pujian anak anak, meriah karena untuk guyonan dan gojekan berisik sekali. Sholatnyapun juga ribut mungkin hal biasa. Tapi ada juga masjid yang hening tanpa puji pujian, serius banget. Tinggal pilih mau yang ramai atau yang sunyi kan banyak masjid. Merubah kebiasaan sulit, bila biasa ramai ya disuruh serus ya nggak mau. Yang penting tidak mengganggu orang. Aslinya dunia ini sunyi sebelum orang pada ribut.

  3. Dan kini setelah tahlil+dzikir+sholawat berjamaah di bid’ahkan
    Bedug-pun tak jauh nasibnya

    Sudah lupakah bahwa kakek nenekmu juga pelaku bid’ah ?? cqiqiqi

  4. kenapa bedug ditoleransi oleh para Ulama dulu menjadi salah satu budaya dan simbol Islam (Indonesia). bedug telah menjadi kebudayaan Hindu yang mengakar pada masyarakat sebelum kedatangan Islam di Indonesia, seandainya bedug di cabut dengan serta-merta dari masyarakat, maka mereka akan sulit menerima Islam, karena Islam akan terasa asing di tengah-tengah mereka. Hal ini jugalah yang pernah dilakukan oleh Sa`ad bin Abi Waqqosh ketika dia berhasil menaklukkan Negara Persia dan menjadikan istana raja Kisra sebagai tempat ibadah, namun tidak memusnahkan patung-patung berhala yang ada di dalamnya (al Khayyat, Durus Tarikh al Islami juz II)

    • Ferry Pujianto

      Yth ustad yg paling bener kali, bedug bid’ah, speaker juga bid’ah dong…coba sampean dengarkan puji pujian yg lain … Banyak kok puji pujian dg do’a… Justru knpa banyak yg puji pujian … Dalilnya ya itu yg sampean kemukakan diatas…

  5. Assalamu’alaikum,wr.wb.
    Pak salafi yth.
    Mau tanya,bukan kah al-qur’an itu disusun,dikumpulkan dan dibukukan ketika zaman khalifah umar ra dan bukan dizaman rasulullah saw.
    Kalau itu termasuk apa pak salafi?
    Bid’ah bukan?

    Mohon penjelasannya supaya saya tidak Salah Fikir.
    Trims

  6. Saya setuju dengan yg punya blog ni………..pertanyaan” yg memojokan semoga allah membuka lagi jalan fikirannya, logika saja bisa membenarkan (yang waras)
    apa lagi al-quran dan hadist

  7. Dikit dikit bid’ah … bussyeett dah bussyeet.

    Ane ksih taau, Indonesia bukan = Arab.

    Fungsi memakai beduk jaman wali songo adalah sebagai oertanda telah masuknya waktu sholat. Dan indonesia jaman dahulu msih hutan, berbeda dengan arab yg isinya hnya padang pasir, otomatis lebih mudah mendengarkan adzan.

    Kalaupun beduk itu bid’ah , knpa loud speker, karprt kagaak ente bid’ah aja.. kan jaman nabi kagaak ada ???

    INI INDONESIA BUKAN ARAB.

  8. Bilal bin Robah setiap kali hadats (batal wudlu’) beliau langsung bersuci. Bilal juga selalu sholat dua roka’at setiap selesai wudlu dan sehabis adzan. Hal ini beliau lakukan berdasarkan pemikiran beliau sendiri, inisiatifnya sendiri. Tidak ada petunjuk khusus dari Rosulullah SAW.
    Lalu bagaimanakah respon Rosulullah SAW ? Apakah Rosululloh berkata: “Hai Bilal engkau telah membuat kreasi sendiri dalam ibadah. Engkau telah berbuat bid’ah! Engkau telah sesat! Nerakalah tempatmu!”. Apakah Rosulullah SAW berkata seperti itu?
    Sama sekali TIDAK, sekali lagi …. TIDAK! Bahkan Rosulullah SAW memuji Bilal, “Engkau mendahuluiku ke surga wahai Bilal!” Nabi Saw Mengaku mendengar langkah terompah Bilal di Surga. (diriwayatkan oleh Atturmudzi di dalam Sunan, al-Hakim dalam al-Mustadrok, al-Bayhaqi dalam Syu’abul Iman)

    Beruntung sekali Bilal, karena …… Nabinya bukan ANDA!!!!!

  9. membaca keterangan ini saya mantab banget
    pingin secepatnya meninggalkan bid’ah
    maka pertanyaan saya
    apa yang rasul ajarkan kepada kita untuk kita amalkan agar tidak melakukan bid’ah (SETELAH MASUK MASJID, SHALAT TAHIYAT MASJID DAN SHALAT QABLIYAH), ketika kita menunggu kehadiran imam ??

Tinggalkan komentar