Adab-Adab Berbicara Bagi Wanita Muslimah

Wahai saudariku muslimah..

Berhati-hatilah dari terlalu banyak berceloteh dan terlalu banyak berbicara, Allah Ta’ala berfirman:

لا خير في كثير من نجواهم إلا من‎ ‎أمر بصدقة أو معروف أو إصلاح بين‎ ‎الناس

“Dan tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian diantara manusia.” (An Nisa: 114)

Dan ketahuilah wahai saudariku, semoga Allah ta’ala merahmatimu dan menunjukimu kepada jalan kebaikan, bahwa di sana ada yang senantiasa mengamati dan mencatat perkataanmu.

عن اليمين وعن الشمال قعيد. ما يلفظ‎ ‎من قولٍ إلا لديه رقيب عتيد

“Seorang duduk di sebelah kanan, dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada satu ucapanpun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (Qaaf: 17-18)

Maka jadikanlah ucapanmu itu menjadi perkataan yang ringkas, jelas, yang tidak bertele-tele yang dengannya akan
memperpanjang pembicaraan.

1. Bacalah Al-Qur’an al-Karim dan bersemangatlah untuk menjadikan itu sebagai wirid keseharianmu, dan senantiasalah berusaha untuk menghafalkannya sesuai kesanggupanmu agar engkau bisa mendapatkan pahala yang besar di hari kiamat nanti.

عن عبد الله بن عمرو رضي الله عنهما-‏‎ ‎عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: ”‏‎ ‎يقال لصاحب القرآن: اقرأ وارتق ورتّل‎ ‎كما كنت ترتّل في الدنيا فإن منزلتك‎ ‎عند آخر آية تقرؤها رواه أبو داود‎ ‎والترمذي

Dari Abdullah bin ‘Umar radiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu Alaihi wa aalihi wasallam, beliau bersabda: “Dikatakan pada orang yang senang membaca al Qur’an: Bacalah dengan tartil sebagaimana engkau dulu sewaktu di dunia membacanya dengan tartil, karena sesungguhnya kedudukanmu adalah pada akhir ayat yang engkau baca.” (HR. Abu Daud dan at-Tirmidzi)

2. Tidaklah terpuji jika engkau selalu menyampaikan setiap apa yang engkau dengarkan, karena kebiasaan ini akan menjatuhkan dirimu ke dalam kedustaan.

عن أبي هريرة رضي الله عنه أن النبي‎ ‎صلى الله عليه وسلم قال: ” كفى بالمرء‎ ‎كذباً أن يتحدّث بكل ما سمع “

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Cukuplah seseorang itu dikatakan sebagai pendusta ketika dia menyampaikan setiap apa yang dia dengarkan.” (HR. Muslim dan Abu Dawud)

3. Jauhilah dari sikap menyombongkan diri (berhias diri) dengan sesuatu yang tidak ada pada dirimu, dengan tujuan membanggakan diri di hadapan manusia.

عن عائشة – رضي الله عنها- أن امرأة‎ ‎قالت: يا رسول الله، أقول إن زوجي‎ ‎أعطاني ما لم يعطني؟ قال رسول الله‎ ‎صلى الله عليه وسلم: ” المتشبّع بما‎ ‎لم يُعط كلابس ثوبي زور “.

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ada seorang wanita yang mengatakan: Wahai Rasulullah, aku mengatakan bahwa suamiku memberikan sesuatu kepadaku yang sebenarnya tidak diberikannya. Berkata Rasulullah Shallallahu Alaihi wa aalihi wasallam: “Orang yang merasa memiliki sesuatu yang ia tidak diberi, seperti orang yang memakai dua pakaian kedustaan.” (Muttafaq ‘alaihi)

4. Sesungguhnya dzikrullah memberikan pengaruh yang kuat di dalam kehidupan ruh seorang muslim, kejiwaannya, jasmaninya dan kehidupan masyarakatnya. Maka bersemangatlah wahai saudariku muslimah untuk senantiasa berdzikir kepada Allah ta’ala, di setiap waktu dan keadaanmu. Allah ta’ala memuji hamba-hambanya yang mukhlis dalam firman-Nya:

الذين يذكرون الله قياماً وقعوداً‏‎ ‎وعلى جنوبهم…

“(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring…” (Ali Imran: 191)

5. Jika engkau hendak berbicara, maka jauhilah sifat merasa kagum dengan diri sendiri, sok fasih dan terlalu memaksakan diri dalam bertutur kata, sebab ini merupakan sifat yang sangat dibenci Rasulullah Shallallahu Alaihi wa aalihi wasallam, di mana beliau bersabda:

وإن أبغضكم إليّ وأبعدكم مني‎ ‎مجلساً يوم القيامة الثرثارون‎ ‎والمتشدقون والمتفيهقون

“Sesungguhnya orang yang paling aku benci di antara kalian dan yang paling jauh majelisnya dariku pada hari kiamat : orang yang berlebihan dalam berbicara, sok fasih dengan ucapannya dan merasa ta’ajjub terhadap ucapannya.” (HR. Tirmidzi, Ibnu Hibban dan yang lainnya dari hadits Abu Tsa’labah Al-Khusyani radhiallahu ‘anhu)

6. Jauhilah dari terlalu banyak tertawa, terlalu banyak berbicara dan berceloteh. Jadikanlah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa aalihi wasallam sebagai teladan bagimu, di mana beliau lebih banyak diam dan banyak berfikir. Beliau Shallallahu Alaihi wa aalihi wasallam, menjauhkan diri dari terlalu banyak tertawa dan menyibukkan diri dengannya. Bahkan jadikanlah setiap apa yang engkau ucapkan itu adalah perkataan yang mengandung kebaikan, dan jika tidak, maka diam itu lebih utama bagimu. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa aalihi wasallam bersabda:

من كان يؤمن بالله واليوم الآخر‎ ‎فليقل خيراً أو ليصمت

“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya dia berkata dengan perkataan yang baik, atau hendaknya dia diam.” (Muttafaq ‘alaihi dari hadits Abu Hurairah radhiallahu anhu)

7. Jangan kalian memotong pembicaraan seseorang yang sedang berbicara atau membantahnya, atau meremehkan ucapannya. Bahkan jadilah pendengar yang baik dan itu lebih beradab bagimu, dan ketika harus membantahnya, maka jadikanlah bantahanmu dengan cara yang paling baik sebagai syi’ar kepribadianmu.

8. Berhati-hatilah dari suka mengolok-olok terhadap cara berbicara orang lain, seperti orang yang terbata-bata dalam berbicara atau seseorang yang kesulitan berbicara. Alah Ta’ala berfirman:

يا أيها الذين آمنوا لا يسخر قوم من‎ ‎قوم عسى أن يكونوا خيراً منهم ولا‎ ‎نساء من نساء عسى أن يكن خيراً منهن

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik.” (QS. Al-Hujurat: 11)

9. Jika engkau mendengarkan bacaan Al Qur’an, maka berhentilah dari
berbicara, apapun yang engkau bicarakan, karena itu merupakan adab terhadap Kalamullah dan juga sesuai dengan perintah-Nya, di dalam firman-Nya:

وإذا قرىء القرآن فاستمعوا له‎ ‎وأنصتوا لعلكم ترحمون

“Dan apabila dibacakan Al Qur’an, maka dengarkanlah dengan baik dan perhatikanlah dengan tenang agar kalian diberi rahmat.” (QS. Al A’raf : 204)

10. Bertakwalah kepada Allah wahai saudariku muslimah, bersihkanlah majelismu dari ghibah dan namimah (adu domba) sebagaimana yang Allah ‘Azza wa Jalla perintahkan kepadamu untuk menjauhinya. Bersemangatlah engkau untuk menjadikan di dalam majelismu itu adalah perkataan-perkataan yang baik, dalam rangka menasehati, dan petunjuk kepada kebaikan. Perkataan itu adalah sebuah perkara yang besar, berapa banyak dari perkataan seseorang yang dapat menyebabkan kemarahan dari Allah ‘Azza wa Jalla dan menjatuhkan pelakunya ke dalam jurang neraka. Di dalam hadits Mu’adz radhiallahu anhu tatkala beliau bertanya kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa aalihi wasallam: Apakah kami akan disiksa dengan apa yang kami ucapkan? Maka jawab Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam :

ثكلتك أمك يا معاذ. وهل يكبّ الناس‎ ‎في النار على وجوههم إلا حصائدُ‏‎ ‎ألسنتهم

“Engkau telah keliru wahai Mu’adz, tidaklah manusia dilemparkan ke Neraka di atas wajah-wajah mereka melainkan disebabkan oleh ucapan-ucapan mereka.” (HR. Tirmidzi, An-Nasaai dan Ibnu Majah)

11. Berhati-hatilah -semoga Allah menjagamu- dari menghadiri majelis yang buruk dan berbaur dengan para pelakunya, dan bersegeralah -semoga Allah menjagamu- menuju majelis yang penuh dengan keutamaan, kebaikan dan keberuntungan.

12. Jika engkau duduk sendiri dalam suatu majelis, atau bersama dengan sebagian saudarimu, maka senantiasalah untuk berdzikir mengingat Allah ‘Azza wa Jalla dalam setiap keadaanmu sehingga engkau kembali dalam keadaan mendapatkan kebaikan dan mendapatkan pahala. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

الذين يذكرون الله قياماً وقعوداً‏‎ ‎وعلى جنوبهم

“(Yaitu) orang–orang yang mengingat Allah sambil berdiri, atau duduk, atau dalam keadaan berbaring.” (QS. Ali ‘Imran : 191)

13. Jika engkau hendak berdiri keluar dari majelis, maka ingatlah untuk selalu mengucapkan:

” سبحانك الله وبحمدك أشهد أن لا إله‎ ‎إلا أنت، أستغفرك وأتوب إليك “.

“Mahasuci Engkau ya Allah dan bagimu segala pujian, aku bersaksi bahwa tidak ada Ilah yang berhak untuk disembah kecuali Engkau, aku memohon ampun kepada-Mu, dan aku bertaubat kepada-Mu.”

Sehingga diampuni bagimu segala kesalahanmu di dalam majelis tersebut.

(Ditulis oleh: Haya Bintu Mubarak Al-Buraik. Dari kitab: Mausu’ah al-Mar’ah al-Muslimah: 31-34. Alih bahasa : Ummu Aiman)

Sumber: http://www.salafybpp.com/index.php?option=com_content&view=article&id=62:adab-adab-berbicara-bagi-wanita-muslimah&catid=3:muslimah&Itemid=53

About Fadhl Ihsan

Silakan temukan saya di http://facebook.com/fadhl.ihsan

Posted on 27/02/2011, in Uncategorized and tagged , . Bookmark the permalink. Tinggalkan komentar.

Tinggalkan komentar